Seoul Trip day 2


Setelah lebih dari setahun, dengan kondisi sudah setengah lupa baru kesampaian mengupload perjalanan hari kedua kami.😂😅We started the second day happily, karena malam sebelumnya tidur dengan koyo dan minyak angin plus produk skin care yang baru dibeli 😆. Tapi kedinginan, sampai-sampai rasanya mau mengikuti trend musim dingin di Korea (mandinya malem kalo udah mau bobo). Tapi tetap dikuatkan niat mandi. Ada tips jika anda berada di daerah yang sangat dingin. Pertama mandilah dengan air hangat dan diakhiri dengan bilasan air dingin. Ini mungkin bukan hal yang baru, tapi banyak yang belum tahu. Justru jurus mandi dengan air dingin itu membuat tubuh kita lebih mudah menyesuaikan diri dengan suhu dingin (jadi nggak kedinginan dong). Saya tidak mengenakan longjohn, cukup kaos, kemeja denim lalu sweater tipis.
Beranjak dari hotel sekitar jam 9 pagi, setelah sarapan nasi instan (yang dibeli malam sebelumnya, lalu dihangatkan dengan microwave), abon, kentang dan mie instan terbaik di dunia -ind*mie goreng.
Ehwa Women University

Kami langsung meluncur ke subway menuju Edae ( Ehwa Women's University Shopping District), kalo saya menyebutkan nama itu mungkin sangat sedikit yang tahu. Tapi kalau saya sebut tempat syuting videoklip Raisa? mungkin bakal ada yang.....oh iyaa, yang itu.
Source: area-arch.it


Source: www.trinitylaban.wordpress.com

Salah satu Alley di Edae

Dengan rute city hall line 2, keluar pada pemberhentian ketiga, ehwa station exit 2 or 3 (saya lupa waktu itu keluar lewat mana, tapi insyaallah kedua exit ini menuju arah jalan yang sama). Kami mulai menelusuri jalan sepanjang Edae menuju Ehwa University pada suhu kurang lebih 9áµ’ pagi itu -Biasanya suhu mulai menghangat beranjak siang hingga mencapai 16áµ’. Berjalan sepanjang Edae seperti shopping arcade, luar biasa lengkap retail-retail berjejer di kanan kiri jalan. Dari starbuck, semua toko kosmetik, toko baju ala Korean girl, convenient store, toko  Handphone accessories hingga pedagang makanan hangat kaki lima. Tapi jangan bayangkan lingkungannya seperti di Indonesia, walaupun beragam yang diperdagangkan namun tidak ada sampah berserakan. Semua orang disini tertib membuang sampah pada tempatnya, bahkan dipisahkan antara organik, plastik-kertas, atau kaleng. Dan sepertinya ini berlaku di semua area di Seoul.
Karena ada titipan tumblr starbuck ‘berlabel Seoul’ kami mampir di Starbuck, membeli tumblr sekitar KRW 6.000/7.000 ( lupa-lupa ingat) gratis 1 cup Starbuck grande, huhuuu. Lumayan minum yang ‘anget’ mengurangi rasa dingin. Disana kami sedikit berbincang dengan ahjussi yang penampilannya seperti dosen/orang kantoran. Selama kami di sana, Orang Korea lumayan welcome dengan kami yang berhijab, tidak menemui orang yang terlihat kasar, ‘jutek’ apalagi virus islamophobia, Alhamdulillah. Dan sudah banyak orang sana yang bisa berbahasa inggris basic, mengerti beberapa kata walaupun sedikit kesulitan merangkai kalimat bahasa inggrisnya, tapi itu sudah sangat cukup untuk komunikasi seperti transaksi jual beli.
Mampir lagi ke kios sebelah yang menjual case handphone ‘kwiyowo’ yang kebanyakan hanya untuk HP highend (seperti Samsung s7 atau Iphone 7 yang saat itu merupakan hp tercanggih dan termahal heuheuu).
Numpang selfie di toko aksesoris HP

Baru beberapa meter berjalan mampir lagi ke Olive young store – toko kosmetik all brand yang menyediakan brand-brand yang agak susah dicari retailnya juga merk kosmetik impor seperti Jepang. Banyak tergiur diskon yang lumayan dan banyak menahan nafsu kami beli beberapa (tapi lupa banget apa yang dibeli).
 Lalu lanjut lagi berjalan memasuki gang yang lebih kecil karena si Shasa ( teman saya yang mirip orang Korea itu) butuh sweater, pagi itu dengan sengaja tidak memakai jaket sama sekali. Katanya harga barang-barang diarea gang yang lebih kecil akan lebih murah. Dan benar saja, harga sweater yang keren dan lucu-lucu cuma dibandrol dengan harga KRW 5000-10.000, dikalikan 12 berarti hanya 60 ribuan. Pakaian brand-brand local Korea dikenal dikenal dengan kualitas yang lumayan OK (bukan tipe Kawe kawe). Untuk sejenak Ehwa universitynya ‘mbak Raisa’ itu terlupakan. Kami keasikan menyusuri semua toko hanya untuk window shopping karena saya sudah merasa ‘Kere’ sehabis dirampok toko Arirang malam itu.


Tanpa terasa berjalan sepanjang gang-gang kecil kami menemukan surga lagi. Ada retail “The saem” yang famous dengan lip tintnya yang awet. Tanpa ragu langsung masuk dan ambil liptint yang bentuknya sungguh lucu seperti permen berasa watermelon seharga KRW 4.000 (saya menemukan barang yang sama di Indonesia harganya lebih dari 120 ribu) beserta sample gratisnya. Tentu saja setiap belanja kosmetik pasti diberikan sample gratis.
Keluar dari sana, hanya berselang beberapa toko saja terlihat tulisan LANEIGE. Rasanya seperti bertemu ‘ kak Song Hye Kyo’. Masuklah saya dan menemukan produk-produk dengan harga bikin sedih (siapa yang nggak tahu barang laneige nggak ada yang murah). Promonya dengan pembelian minimal  KRW 100.000 akan mendapatkan diskon 20 % dan immediate tax refund. Langsung rapat mendadak dan promosi ke sodara-sodara barangkali ada yang mau ‘nitip beli’. Intinya adalah…..BUNGKUS!!! Dan tidak lupa, free sample yang lumayan banyak, saya dikasih gratis 2 laneige water sleeping mask travel size dan sample-sample yang belum semua saya coba sampai sekarang.
Tips:
Mampirlah ke toko kosmetik sebanyak-banyaknya, dan jangan belanja sekaligus di satu toko. Karena setiap toko akan memberi sample. Semakin banyak yang dikunjungi semakin banyak sample yang didapat. Walaupun mungkin kita tidak menggunakannya, setidaknya bisa utuk oleh-oleh kan?
Gerbang Ehwa hampir terlupakan padahal sudah jam 12, kami malah mampir membeli kaus kaki. Kaos kaki merupakan kebutuhan primer di suhu seperti ini, juga merupakan oleh-oleh yang lucu untuk teman-teman di kampung halaman (kaya merantau lama aja mbaaak bahasanya). Lumayan, siapa menolak kaos kaki tebal lucu kualitas reeb*k seharga KRW 1.000. Entah kenapa setiap ada penjual kaos kaki kami selalu mampir dan pilih-pilih.
Berjalan semakin jauh (sudah lupa peta) kami menemukan L-cube store dangan Line Friend Store termasuk di dalam nya, yeay!!! Tidak perlu belanja, asalkan bisa foto-foto dengan semua bonekanya saya senang luar biasa.





Keluar dari Line store kami berusaha kembali ke jalan yang benar. Mengunjungi ehwa sebentar saja, karena jadwal molor akibat window shopping.
Universitas ini cantik, sangat cantik. Arsitekturnya luar biasa, bagi saya pengagum bangunan indah, tempat ini cantik dan cerdas. Saya pertama kali mengetahui universitas ini dari Running man, saat mereka syuting berjalan di tengah-tengah hall gedung besar 6 lantai yang tidak terlihat seperti berlantai 6. Jadi gedung ini seperti dibangun menurun ke bawah (mungkin digali) semakin dalam di tengahnya. Hallnya hanya berupa tangga-tangga dan jalan pedestrian, kanan kirinya gedung dibangun 6 lantai simetris dengan bentuk seperti menggelembung jika dilihat dari depan.
Tidak lama, kami hanya foto-foto sebentar di halamannya. Karena ramai mahasiswi berlalu-lalang, kami memutuskan untuk beranjak melanjutkan ke pemberhentian selanjutnya untuk makan siang halal ala Korea.
Perjalanan menuju stasiun Hongik University melewati 1 stasiun saja, kami keluar di pemberhentian kedua (lihat peta). Karena lapar kami langsung menuju Boa Halal Restaurant. Restoran ini terkenal di kalangan turis Asia Tenggara. Selain restoran halal Boa merupakan guest house yang sangat laris dan selalu full, karena demand yang tinggi ini tarifnya lumayan diatas harga normal untuk fasilitas yang kurang lebih. Namun itu sebanding dengan terjaminnya asupan gizi anda selama di negeri Ginseng.
Mengikuti rute yang telah kami dapatkan (apakah perlu saya share dalam post tersendiri keterangan tempat, rute dna menu di restoran ini?) berjalan beberapa ratus meter tibalah kami di surga selanjutnya. Saya penasaran rasanya jajangmyeon dan tokpokki made in Korea asli. Kami pesan 3 menu untuk dimakan bersama – sambil menghitung berapa pasang kaus kaki yang kami beli siang itu. Hanya perlu minum air putih yang gratis disediakan di dispenser.
Setelah mencoba semuanya, yang paling sesuai dengan lidah saya (pribadi) adalah dakgalbi –spicy grilled chicken with vegetables. Bumbunya paling pas bagi saya. Jangan Tanya dua teman saya itu, dalam kamus mereka rasa makanan hanya ada dua, enak dan sangat enak. But overall I like my first taste of original Korean food. Setelah makan tak lupa mengembalikan alat makan kotor ke counter penjual (jadi system resto ini half self service lah).
Kenyang makan, kami sholat di Boa travel house lantai paling atas ( bisa bayangin rumah-rumah roof top yang di ada drama-drama?). Sehabis wudhu naik ke atas terkena anginberhembus rasanya dingin masyaallah, bahkan lantai kayu dari ruangan kecil itu terasa sangat dingin sampai saya memasang kaos kaki doble karenanya. Selesai sholat kami ‘nongkrong’ dulu di luarnya sekalian foto-foto imut di atas lantai dak berwarna hijau khas rooftop Korea.
Istilah ‘kekenyangan’ tidak dikenal dalam trip ini, tak jauh dari Boa restoran sambil berjalan menuju Hongdae kami mampir di GS25 untuk jajan minuman jahe hangat favorit. Sambil ‘ngemut’ sedotan sambil tengok kanan-kiri menyusuri jalan menuju pusat Hongdae. Belum lagi sampai ke titik yang dituju, kami terjebak di toko kosmetik (lagi) membeli face spray karena kulit wajah mengering akibat suhu dingin. Siang itu entah direktori kami agak eror ataukah diburu waktu, kami tidak berhasil menemukan pusat keramaian Hongdae. Memang kami menemui banyak toko di kanan kiri tapi rasanya pusat keramaian Hongdae tidak seperti itu, kurang Hipe. Karena sudah agak sore kami putuskan kembali ke stasiun –dan kembali kesana lain waktu- menuju lokasi selanjutnya.
Sedari hari pertama si Sasha sangat ‘kepingin’ mencoba hanbok. Jadilah kita naik kereta ke arah Anguk station exit 2 lagi, karena seingat kami di daerah bukchon banyak penyewaan hanbok (yang bikin ngiler) namun harganya kurang bersahabat, KRW 10.000 untuk peyewaan selama 2 jam dan KRW 15.000 untuk 4 jam. Oh ya, hampir lupa, sejak hari pertama kami selalu mampir ke DAISOO yang ada di dekat pintu keluar Anguk Station, awalnya karena sangat kedinginan dan membutuhkan Hotpack seribuan (won) yang sudah pasti ada di Daisoo. Hari kedua kami disana keliling mencari keperluan –dan cuci mata. Banyak barang murah (sangat), seperti totebag hanya KRW 3000an, siapa yang nolak?
Karena tidak menemukan penyewaan dengan harga lebih murah (mungkin pasarannya memang segitu) Sasha langsung memilih hanbooknya. Ownernya sangat ramah, ibu-ibu setengah baya yang cantik dan bisa berbahasa Inggris. Mungkin si ibu pintar promosi atau baju yang dikenakan Sasha sangat cantik, si Rinda pun tertarik untuk menyewa. Saya? Memilih (acting) jadi tour guide mereka saja hahahaha. Teman-teman saya menyewa untuk 2 jam seharga 10.000 baju atasan, bawahan dan tas mini bisa untuk menaruh Hp dan sedikut uang, barang bawaan kami (ransel) bisa dititipkan disana free charge.
Kami excited berjalan kaki menuju wisata yang belum sempat dikunjungi semalam, Changdeokgung palace. Di istana inilah terdapat secret garden (diberi nama seperti itu karena konon hanya bisa dikunjungi dengan tour guide khusus, jumlah peserta terbatas dan tidak diperbolehkan mengambil foto) yang sayang sekali sudah tutup, karena sudah agak sore dan kuota kunjungan sudah penuh. Untuk informasi lebih lengkap mengenai istana ini dan secret gardennya silahkan browsing blog lain ya (atau saya perlu bahas juga dalam satu post khusus?). Oh ya, untuk dua teman saya masuk istana gratis (karena mengenakan handbook).
Tips:
Setelah dipikir, lebih baik tour tradisional dimulai ke arah bukchon untuk menyewa handbook seharga 10.000 lalu keliling semua istana gratis. Lumayan kan hemat separo harga dan bisa foto di istana lebih bagus (lebih berasa Koreanya karena handbook).
Teman-teman saya keliling istana dengan hanbok, free entry

 Kami akhirnya berkeliling bagian komplek yang boleh dikunjungi. Arsitektur istana ini mengingatkan drama “Scarlet heart Ryo”, mirip sekali. Ada beberapa spot yang sama persis seperti di drama itu. Mungkin memang syutingnya menggunakan setting istana Changdeokgung.


Pepohonan cantik ini bikin nggak kuat nahan foto

Nah, di komplek ini ada banyak pohon Sanyusu /magnolia flower (semoga tidak salah sebut nama) yang berbunga, kami kesana seminggu sebelum cherry blossom berbunga, sayang sekali padahal main event saat Spring adalah cherry blossom festival. Yasudah lah, belum ada sakura asal ada yang mekar juga Alhamdulillah (hehehheh disyukuri saja). Belum puas keliling dan foto sana-sini (harusnya sudah puas) kami diusir dengan halus oleh para petugas, karena memang sudah jam tutup.
Dari Chandeokgung kami kembali ke tempat penyewaan hanbook sambil foto-foto cantik saat sunset (iya, saya photografernya). Sesampainya disana kami bertemu turis dari Filipina dan berbincang cukup panjang. Ownernya mungkin sampai ‘capek’ ikut nimbrung ‘ngobrol dengan kita. Turis-turis yang terlihat seperti para wanita usia 35an itu bertanya akses ke Myeongdong pada kita (yang juga Turis bahkan belum pernah menginjakkan kaki di Myeongdong). Namun karena kami mengerti cara membaca peta subway –sehingga terlihat sangat meyakinkan- kami disangka sudah wisata berhari-hari di Seoul. Saat kami menjelaskan itu baru hari kedua kami, mereka sangat kaget (ya iyalah kaget, mungkin mereka mikir jangan-jangan arah yang kita tunjukin ngasal-ngasal). Lalu mereka bertanya apakah pernah nyasar, kami jawab belum karena memang tidak pernah nyasar sampai bolak-balik meghabisan waktu perjalanan (kecuali bagian Hongdae yang tidak ketemu itu ya). Mereka agak takjub karena mereka selalu nyasar selama 3 hari di Korea (lebih sering nyasar mencari pintu masuk/keluar stasiun dan arah stasiunnya). Untuk memastikan jalur kami bertanya dengan owner persewaan baju dan dia mengatakan rute yang sama dengan kami. Perbincangan berlanjut ke drama favorit, tempat apa saja yang sudah dan ingin dikunjungi dan sebagainya.
Hari semakin senja kami semua berpamitan dengan owner yangsudah bersiap menutup tokonya. Sebenarnya kami semua memiliki tujuan yang sama, yaitu Myeongdong namun tidak memutuskan untuk pergi bersama. Karena mungkin acara selanjutnya bukannya shopping di Myeongdong tapi malah ‘ngobrol’ yang tak ada habisnya.
Rute perjalanan dimulai dari stasiun Anguk line 3 lalu transfer di stasiun Chungmuro ke line 4 menuju myeongdong, lalu keluar di exit 5 atau 6 maka anda akan langsung sampai ke pusat keramaian Myeongdong. Yang saya ingat betul saat keluar pintu exit adalah Uniqlo store, lalu menoleh ke kiri saya menemukan gedung besar Nature Republic yang ditutupi daun sintetis di seluruh permukaan gedungnya dan selalu memutar lagu Exo Full Album. Oh ya, saat menuju pintu keluar stasiun kami melihat orang-orang berkerumun di satu sudut stasiun, sampai ada yang membawa tangga mini untuk melihat lebih jelas (menonton ) si pusat kerumunan. Ternyata ada Boy Band yang sedang promosi album – sepertinya fan sign saya kurang memperhatikan- dan waktu kami ‘tilik’ sambil lewat ternyata GOT 7. Pasti banyak yang tahu kan? Karena GOT 7 lumayan terkenal. Karena kami bukan fans (berat) jadi kami putuskan lewat saja sambil tolah toleh mencari mana ‘artisnya’. Alhamdulillah sempat ‘kelihatan’ membernya di balik panggung masih persiapan –lumayan ya bisa ketemu artis K-pop sekali aja gak papa deh.
Apa perlu dirinci kegiatan kami di Myeongdong? Karena jika dijawab rinci pasti sangat paanjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang ( You know why hehe).


Komentar

Postingan Populer